Mohamad Rumakat, Firman Kabalmay, Sharul Pangeran
 Isti Bactiar Latar, Firman Kabalmay
Isti Bactiar Latar, Rizal Ufer S
Kamis, 24 Februari 2011
Rabu, 23 Februari 2011
SET NET SEBAGAI ALTERNATIF ALAT TANGKAP IKAN HEMAT ENERGI
Pada  saat ini nelayan dan pengusaha perikanan tangkap dipusingkan dengan  harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi dan ditambah lagi semakin  sulit atau jauh mencari daerah penangkapan ikan. Dengan keadaan seperti  ini tentu sangat diperlukan untuk mencari alternatif jenis alat tangkap  yang pengopeasiannya hemat energi (bahan bakar minyak) dimana set net  kemungkinan dapat dikembangkan. Set net atau sero jarring adalah sejenis  alat tangkap ikan bersifat menetap dan berfungsi sebagai perangkap ikan  dan biasanya dioperasikan di perairan pantai. Ikan umumnya memiliki  sifat beruaya menyusuri pantai, pada saat melakukan ruaya ini kemudian  dihadang oleh jaring set net kemudian ikan tersebut tergiring masuk ke  dalam kantong. Ikan yang telah masuk ke dalam kantong umumnya akan  mengalami kesulitan untuk keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah  untuk ditangkap dengan cara mengangkat jarring kantong. Satu unit set  net terdiri dari beberapa bagian yakni penaju (leader net), serambi (trap/play ground), ijeb-ijeb (entrance) dan kantong (bag/crib).
Jenis  alat tangkap set net banyak dioperasikan oleh nelayan di Jepang sejak  ratusan tahun yang lalu dengan berbagai ukuran yakni kecil, sedang, dan  besar. Set net berukuran kecil umumnya dengan panjang penaju kurang dari  500 m dipasang pada kedalaman perairan kurang dari 20 m, sedang yang  berukuran besar memiliki panjang penaju antara 4000-5000 m dan dipasang  pada perairan dengan kedalaman antara 30 – 40 m. Berbagai jenis ikan  yang tertangkap oleh set net di Jepang antara lain: sardine, ekor  kuning, salmon, dan tuna. Produksi perikanan dari hasil tangkapan set  net di Jepang dapat mencapai 3 % dari produksi total dari hasil  tangkapan perikanan laut.
Di  Indonesia terdapat berbagai jenis alat tangkap sejenis set net seperti  jermal, sero, ambai, belat dan perangkap lainnya. Perbedaan jenis alat  tangkap ini dengan set net adalah bahan yang digunakan yakni sebagian  besar dari bambu, kecuali bagian kantong yang terbuat dari jaring. Jenis  ikan yang tertangkap juga berbeda dimana alat tangkap perangkap (trap)  di Indonesia umumnya menangkap jenis ikan demersal seperti layur, petek  dan sebagian jenis ikan pelagis seperti sardine dan tembang. Namun pada  prinsipnya hampir sama yakni menghadang ruaya ikan kemudian diarahkan  masuk ke dalam perangkap/trap dan akhirnya ke kantong.
Uji Coba Set Net di Indonesia
Perikanan set net di Indonesia baru dalam taraf penelitian atau uji coba dan belum dikembangkan oleh nelayan secara komersial. Uji coba alat set net pertama kali dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Laut/Balai Penelitian Perikanan Laut di perairan Pacitan Jawa Timur pada tahun 1981. Pada tahun yang sama dilakukan juga uji coba di perairan Bajanegara Banten, kemudian diikuti uji coba di Prigi Jawa Timur pada tahun 1982 dan di perairan Selat Sunda, Banten pada tahun 1990 dan 1993. Set net yang diujicoba berukuran relatif kecil dengan panjang penuju antara 100-300 m dan dipasang di perairan pantai dengan kedalaman kurang dari 10 m.
Perikanan set net di Indonesia baru dalam taraf penelitian atau uji coba dan belum dikembangkan oleh nelayan secara komersial. Uji coba alat set net pertama kali dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Laut/Balai Penelitian Perikanan Laut di perairan Pacitan Jawa Timur pada tahun 1981. Pada tahun yang sama dilakukan juga uji coba di perairan Bajanegara Banten, kemudian diikuti uji coba di Prigi Jawa Timur pada tahun 1982 dan di perairan Selat Sunda, Banten pada tahun 1990 dan 1993. Set net yang diujicoba berukuran relatif kecil dengan panjang penuju antara 100-300 m dan dipasang di perairan pantai dengan kedalaman kurang dari 10 m.
Pada  saat uji coba dilakukan penangkatan hasil tangkapan ikan dari kantong  setiap hari. Rata-rata hasil tangkapan ikan berkisar antara 20-30  kg/angkat. Hasil tangkapan tertinggi pernah mencapai 100 kg/angkat pada  saat dilakukan uji coba di Pacitan. Jenis ikan yang tertangkap saat itu  didominasi oleh ikan demersal yang beruaya mengikuti pergerakan pasang  surut seperti ikan layur, petek, mata besar dan sebagian ikan pelagis  sejenis sardine.
Selanjutnya  kegiatan ujicoba set net juga dilakukan oleh Fakultas Perikanan dan  Ilmu Kelautan IPB bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perikanan  Tangkap di perairan Sorong Papua Barat pada tahun 2006. Tipe set net  yang diujicoba hampir sama dengan uji coba sebelumnya namun memiliki  ukuran yang lebih besar (penaju sekitar 500 m) dan dipasang di perairan  yang lebih dalam (lebih dari 20 m).
Kelebihan dan Kelemahan Set Net Kelebihan
-  Hemat bahan bakar karena alat dipasang menetap sehingga kapal tidak perlu berlayar jauh untuk mencari daerah penangkapan.
-  Jaring set net yang terpasang di laut dapat digunakan sebagai tempat berlindung (shelter) ikan-ikan yang berukuran kecil sehingga tidak dimakan predator.
-  Hasil tangkapan ikan relatif segar/masih hidup dan dapat diangkat/diambil sesuai dengan kebutuhan pasar.
-  Mudah dipindahkan dibanding dgn jenis trap yang ada di Indonesia.
-  Sangat sesuai untuk pengembangan usaha perikanan skala menengah kebawah.
Kelemahan
-  Hasil tangkapan set net sangat tergantung pada ruaya ikan sehingga untuk memasang set net harus diketahui jalur ruaya ikan terlebih dulu.
-  Jika digunakan penaju (lead net) cukup panjang akan mengganggu alur pelayaran kapal dan juga pengoperasian alat tangkap lain.
-  Tidak semua ikan tertangkap di dalam kantong, kadang-kadang tertangkap juga secara “gilled or entangled” di bagian penaju (lead net) atau serambi (trap net) terutama yang menggunakan bahan jarring sehingga diperlukan pekerjaan tambahan untuk memeriksa bagian tersebut.
-  Jaring harus sering dibersihkan terutama bagian kantong karena banyak ditempeli oleh kotoran dan teritip.
Kemungkinan Pengembangannya
Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km dengan berbagai teluk dan semenanjung. Dengan topografi seperti ini maka wilayah perairan laut Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan perikanan set net. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum pemasangan set antara lain: ketersedian sumber daya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, pola ruaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, kondisi perairan dimana set net akan dipasang (topografi dasar, keadaan arus, pasang surut, dan gelombang).
Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km dengan berbagai teluk dan semenanjung. Dengan topografi seperti ini maka wilayah perairan laut Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan perikanan set net. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum pemasangan set antara lain: ketersedian sumber daya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, pola ruaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, kondisi perairan dimana set net akan dipasang (topografi dasar, keadaan arus, pasang surut, dan gelombang).
Pengembangann  alat tangkap set net sebaiknya dilakukan di wilayah perairan Indonesia  bagian timur karena disamping alasan sumberdaya ikan yang masih tersedia  dan juga apabila dipasang dengan ukuran yang besar tidak terlalu  mengganggu arus pelayaran dan pengoperasian alat tangkap lain. Jika  dikembangkan di wilayah Indonesia timur tinggal memikirkan bagaimana  cara pemasaran hasil tangkapannya.
Pemkot Tual Siapkan Rencana Induk Minapolitan
Pemerintah Kota (Pemkot) Tual sedang mempersiapkan rencana induk  kawasan minapolitan berbasis kelautan dan perikanan agar pengembangannya  lebih optimal dan berdampak besar bagi kesejahteraan masyarakat.
“Master plant sedang dibuat dan pengembangannya diharapkan  menciptakan agri bisnis baru bagi masyarakat di Kota Tual,” kata Wali  Kota Tual, MM. Tamher, di Ambon, Sabtu.
Dia mengatakan, pengembangan minapolitan akan dilakukan secara  terpadu di Desa Ngadi dengan melibatkan investor yang telah menanamkan  modalnya di sektor kelautan dan periknan yakni PT. Maluku Timur Jaya  (MTJ).
PT. MTJ, katanya, merupakan salah satu investor yang selama ini  mengembangkan dan menggerakkan sektor kelautan dan perikanan di Kota  Tual, dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kami juga terus mengarahkan PT. MTJ untuk bermitra dengan nelayan di  Tual dan sekitarnya, terutama dalam pembelian hasil tangkapan dan  budidaya ikan yang dibutuhkan perusahaan itu untuk memenuhi kebutuhan  ekspor ke luar negeri,” katanya.
Pemkot Tual, lanjutnya, saat ini sedang menggodok peraturan daerah  (Perda) yang mengatur tentang sistem dan aturan adat “sasi” (larangan  mengambil sesuatu sebelum waktu panen-red).
“Rancangan Perdanya sudah siap dan akan disampaikan untuk dibahas  DPRD Tual dan diharapkan, akan selesai dan ditetapkan menjadi Perda awal  2011 mendatang,” katanya.
Pembuatan perda sasi itu, katanya, dirasakan sangat perlu dan  mendesak, sebagai salah satu jaminan bagi kelangsungan pengembangan  investasi di Kota Tual.
“Selama ini warga di Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara sesuka hati  memasang tanda sasi di perusahaan maupun kantor-kantor dengan alasan  tidak jelas dan hanya karena tidak suka dengan kebijakan tertentu saja,”  katanya.
Padahal, menurutnya, sasi merupakan pranata sosial yang masih berlaku  dan dipegang teguh masyarakat di Maluku, termasuk Kota Tual, dengan  tujuan untuk menjamin kelestarian sumber daya alam sebagai sumber  kehidupan dan kesejahteraan.
“Yang terjadi saat ini pemberlakuan sasi sudah melenceng dari tujuan  sebenarnya dan sering dilakukan untuk memenuhi ambisi dan kepentingan  golongan tertentu saja. Pembuatan dan penerapan perda sasi diharapkan  dapat mengembalikan sasi kepada fungsi yang sebenarnya,” ujarnya.
Dengan perda sasi itu diharapkan investor lebih berani menanamkan  modalnya dalam skala besar di berbagai sektor di Tual, sehingga potensi  sumber daya alam yang kaya dapat dimanfaatkan optimal bagi kesejahteraan  masyarakat.
 “Kami berharap pengembangan kawasan minapolitan dapat menjadi  lokomotif untuk menggerakkan sektor kelautan dan perikanan Tual di masa  mendatang,” ka
Selasa, 22 Februari 2011
Dinas Kelautan, Perikanan Kota Tual Siap Pamerkan Komoditi Unggulan di Sail Banda
Dinas kelautan dan Perikanan Kota Tual bertekad untuk mengikuti akan  mempromosikan komoditi unggulan pada event internasional sail banda  20100 nanti. Hal itu diakui, Kadis Kelautan dan Perikanan Kota Tual, Sam  Wusurwut kepada titah siwalima diruang kerjanya Selasa (27/7).
Menurutnya pada kegiatan nantinya pihaknya telah menyediakan  serangkaian kegiatan untuk mengikuti  pameran yang digelar pada sail  banda diantaranya, pameran Siput In Fishiring invesment Expose yang dirangkai dengan Maluku Exspose 2010.
“Kegiatan ini akan berlangsung pada 31 Juli mendatang yang akan  dilaksanakan di Ambon. Dengan acaya kegiatan ini dirinya berharap  hasil-hasil laut Kota Tual yang merupakan komoditi unggulan bisa menarik  minat para investor asing untuk menanamkan modalnya di Kota Tual,”  terang Wusurwut.
Disamping itu Wusurwut mengakui, yang merupakan komoditi unggulan  Dinas Perikanan kita adalah rumput laut dan komoditi dan semua proses  pengolahan itu dilakukan oleh staf Dinas Perikanan Kota Tual.
“Saat kegiatan berlangsung sejumlah staf akan kita libatkan. Oleh  karena itu kita berharap agar ada infestor yang tertarik untuk bekerja  sama dengan kita dan tidak hanya pada ikan dan udang tetapi juga rumput  laut.
Rumput Laut Merupakan Prioritas Pemberdayaan Warga Tual
Wakil Walikota Kota Tual, Adam Rahayaan mengatakan, Pemerintah Kota  Tual akan memprioritaskan pembudidayaan rumput laut untuk memberdayakan  masyarakat Dana pemberdayaannya, kata Rahayaan kepada wartawan di Kantor  Gubernur Maluku, kemarin, telah dimasukan kepada Anggaran Belanja dan  Pendapatan Daerah (APBD) Tahun 2010, guna memfasilitasi pengelolaannya,  baik dari alat tangkap maupun alat penggunaan mengelola rumput laut
Pemberdayaan ini dilakukan, katanya, karena daerah-daerah yang  wilayahnya masuk pada Kota Tual memiliki sumber daya rumput laut yang  cukup besar, sehingga perlu uluran tangan untuk lebih menghasilkan  kualitas rumput yang berkelas.
Dikatakan, Pemerintah Provinsi dalam hal ini Dinas Kelautan dan  Perikanan telah melakukan kerjasama dengan Dinas Perikanan Kota Tual  dalam menggagas pemberdayaan rumput laut, untuk melakukan pelatihan  kepada masyarakat setempat tentang tata cara budidaya rumput laut 
Dengan dibuat usaha yang matang kepada petani rumput laut, dalam  rangka menjawab hasil panen yang berkelas. Mengingat dalam waktu dekat  ini, investor dari luar Kota Tual akan menanam investasi, karena rumput  laut Kota Tual sangatlah berkualitas maka bakal membangun pabrik rumput  laut.
"Sebelumnya investor ingin membangun pabrik pengelolaan rumput laut  di Nusa Tenggara Timur (NTT) namun, setelah dilakukan penilitian antara  rumput laut Tual mulai dari Negeri Toyando, kesekian dan Dianpulau  ternyata yang paling berkualitas adalah rumput laut yang dihasilkan oleh  nelayan Kota Tual bila dibandingkan oleh umput laut di NTT, "katanya.
Ditambahkan, langkah praktis yang telah diambil Pemeritah Kota Tual  guna mendatangkan peluang investasi yang besar untuk mensejahterakan  masyarakat, maka pihaknya akan memaparkan semua potensi sumber daya alam  saat pelaksanaan Maluku-Maluku Utara Invesmenday. (mg-5)Siwalima
Langganan:
Komentar (Atom)
Arsip Blog
- 
        ▼ 
      
2011
(7)
- 
        ▼ 
      
Februari
(7)
- Mohamad Rumakat, Firman Kabalmay, Sharul Pangeran...
- DINAS KELAUTAN DAN PERIKANANPEMERINTAH KOTA TUAL
- Tanpa judul
- SET NET SEBAGAI ALTERNATIF ALAT TANGKAP IKAN HEMAT...
- Pemkot Tual Siapkan Rencana Induk Minapolitan
- Dinas Kelautan, Perikanan Kota Tual Siap Pamerkan ...
- Rumput Laut Merupakan Prioritas Pemberdayaan Warga...
 
 
- 
        ▼ 
      
Februari
(7)




 
 


